konitif matematika

Written By riyadu's blogs on Minggu, 26 Februari 2012 | 18.46


  Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal)
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi yang saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisahkan atau membagi situasi atau materi pelajaranmenjadi komponen-komponen yang kecil dan mempelajarinya secara terpisah yahg akan kehilangan makna.
Prinsip – prinsip  utama pembelajaran kognitif adalah :
1.      Pembelajaran yang aktif
2.      Prinsip pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah khasanah perkembangan kognitif siswa dan mengahdiri kodnitif yang bersifat egoisentris.
3.      Belajar dengan menerapkan apa yang dipelajari agar siswa mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam.
4.      Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak kesalahan dalam mengunakan kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif.
5.      Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget).
6.      Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi untuk dipelajari.
7.      Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam suatu konsep biasa sangat mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian integrative dibutuhkan.               

  A.Teori Belajar Kognitif
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar.  Dimana melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru atau melalui perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan.
Model kognitif mulai di kembangkan pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upaya nya mengorganisir, menyimpan dan kemudian menemukan hubungan antara pengetauhan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada informasi diproses. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pemikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah dipeorleh dan disimpan pikirannya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern ini berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Sedangkan model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.  Berdasarkan pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1.                       Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2.                       Mementingkan peranan kognitif
3.                       Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4.                       Mementingkan oembentukan struktur kognitif
5.                       Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6.                       Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Sesuai dengan kriteria matematika maka belajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Piaget, Ausubel, Bruner.
B.Teori – Teori Belajar Kognitif
1. Teori Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitua asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru kedalam skemata yang telah terbentuk secara langsung. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok untuk struktur kognitif yang telah dipunyai. Inilah yang di maksud dengan asimilasi, dan sebaliknya apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang di terima,maka hal inidisebut akomodasi.
Sebagaimana dijelaskan di atas proses asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakanfungsi dari pengalaman, dan kedewasan anak terjadi melalui tahapan-tahapan perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola san tahapan perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap inin bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu danseseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di liar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-ahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori(koordinasi alat indra). Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi lamgkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain:
1.       Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan obyek di sekitar.
2.       Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3.       Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4.       mengidentifikasi sesuatu dengan memanipulasinya.
5.       Memperhatikan obyek sebagian hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

Tahap Pra Operasi (2 tahun sampai dengan 7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Operasi konkrit adalah berupa tindakan tindakan kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok objek, menata letak benda berdasarkan urutan tertentu dan membilang. Tahap ini menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangt sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Karakteristik tahap ini adalah:
1.       Self counter nya sangat menonjol
2.       Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
3.       Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda
4.       Mampu mengumpulkanbarang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
5.       Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan
Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraktis. Karakteristik tahap ini :
1.       Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya
2.       Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang kompleks
3.       Anakdapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
4.       Anak mampu mempeoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah obyek tertentu dan cara mengelompokkan
Tahap Operasi Konkrit(7 tahun sampai dengan 11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang sifatnya konkret. Karena kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi kedalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Pada tahap ini anak mampu menangani system klasifikasi. Namun sesungguhnya anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengturan masalah dia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah  persoalan. Sesungguhnya anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.
Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-de-ductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat:
1.       Belajar secara efektif dan sistematis
2.       Menganalisis secara kombinatif
3.       Berpikir secara professional
4.       Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mulu-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operation paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui belum dapat melakukan formal operasions
Secara umum semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Sebagai pendidik seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para peserta didik agar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahapannya. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik sehingga tidak akan ada maknanya bagi peserta didik. Antara teori belajar Piaget dengan penggunaan media pembelajaran matematika ini adalah pada tahap operasi konkrit dimana siswa tidak akan bisa memahami konsep tanpa benda-benda konkrit.

2. Teori Brunner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada, siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya. Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai berikut :
  Tahap pengaktif
                Tahap ini merupakan tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda atau obyek konkret. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagai
Tahap ikonik
Pada tahap ini siswa belajar dengan memahami obyek atau dunia melalui gambar dan vasualisasi verbal. Mksudnya, dalam memahahi dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampilan) dan perbandingan (komparasi).
 Tahap simbolik
Pada tahap ini siswa belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbol dengan mendeskripsikan kapasitas dalam berpikir abstrak. Dengan kata lain siswa telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan system symbolnya. Meskipun demikian tidak berarti dia tidak lagi menggunakan system enaktif dan ikonnik.
 Bruner selain teori juga mengemukakan teorema berkaitan pengajaran matematika, yang masing-masing mereka  sebut sebagai “teorema atau dalil”. Keempat dalil tersebut adalah:
a. Dalil Penyusunan (construction the orem)
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
b.Dalil Notasi (notation the orem)
Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral, dimana setiap ideide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat.
c.Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contrasand variation the orem)
 Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam  melakukan pengubahan konsep dipahami denganmendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.
d.Dalil Pengaitan (connectivity the orem)
Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya atau konsep yang satudi perlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Ada dua pendekatan model belajar Bruner yaitu dengan perolehan pengetahuannya dengan merupakan proses interaktif dan orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diterima sebelumnya.
Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Anak yang belajar dengan metode penemuan, selalu memulai dengan memusatkan pada manipulasi material, kemudian anak menemukan keteraturan-keteraturan, selanjutnya anak mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Dan akhirnya anak dapat menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan dengan melakukan sendiri.
3. teori belajar bermakna ausubel
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus , memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Prinsip-prinsip teori belajar bermakna Ausubel ini dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.       Mengukur kesiapan peserta didik seperti minat, kemampuan, struktur kognitifnya melalui tes awal, review, pertanyaan pertanyaan dan lain-lain
2.       Memilih materi-materi kunci, lalu menyajikan dimulai dengan contoh-contoh konkret dan kontraversial
3.       Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai dari materi baru
4.       Menyajikan suatu pendangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
5.       Memakai adveance organizers
6.       Mengajar peserta didik memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan focus pada hubungan-hubungan yang ada

 Hubungan aliran kognitif dengan pembelajaran
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya , melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsure pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.                                              Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi. Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara perberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan didalam didalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan menganggap bahwa siswa sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar, Fungsi guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya adalah tangga pemahaman paking tinggi, dan siswa harus mencari cara sendiri agar dapat menaiki tangga tersebut. Jadi peran guru adalah:
a)   Memperlancar proses pangkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi secara bermakna dan relevan dengan siswa,
b)   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri , dan
c)   Membimbing siswa untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajar sendiri.

D.Aplikasi Teori Belajar Kognitif  Dalam Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru.
c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.
i.   Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
Ketiga tokoh aliran di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Menurut Piagetara itu, hanya dangan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Sementara itu, Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan. Berbeda dengan Bruner, Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu.
                Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran dari ketiganya berbeda yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan(2001) sebagai berikut:
A. Langkah-langkah pembelajaran Piegat:
·         Menentukan tujuan pembelajaran
·         Memilih materi pelajaran
·         Menentukan topik yang akan dipelajari siswa secara aktif
·         Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik tersebut
·         Mengenbangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berfikir siswa
·         Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
B. Langkah-langkah pembelajaran Bruner:
·         Menentukan tujuan pembelajaran
·         Melakukan identifikasi karakteristik siswa
·         Memilih materi pelajaran
·         Menuntukan topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
·         Mengembangkan baha-bahan belajar
·         Mengtur topik pelajaran dari yang sederhana ke komplek
·         Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
C.Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel:
·         Menentukan tujuan pembelajaran
·         Melakukan identifikasi karakteristik siswa
·         Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa
·         Menentukan topik dan menampilkannya dalam bentuk adrance organizer yang akan dipelajari siswa
·         Mempelajari konsep inti dan menerapkan dalam bentuk nyata konkret
·         Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa


E. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran,  adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1.    Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.   Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.   Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda
§   Seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriono (1991: 121) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
§  Sedangkan teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
§  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
§  Sesuai dengan karakteristik matematika maka belajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku. Berikut adalah beberapa teori belajar kognitif menurut beberapa pakar teori belajar kognitif:
Psikologi pembelajaran matematika aliran kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi dipeorleh, dipresentasikan dan ditransperkan sebagai pngetahuan. Pengetahuan itu muncul kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena it, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemproses informasi.
Prinsip – prinsip  utama pembelajaran kognitif adalah :
1.      Pembelajaran yang aktif
2.      Prinsip pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah khasanah perkembangan kognitif siswa dan mengahdiri kodnitif yang bersifat egoisentris.
3.      Belajar dengan menerapkan apa yang dipelajari agar siswa mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam.
4.      Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak kesalahan dalam mengunakan kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif.
5.      Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget).
6.      Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi untuk dipelajari. 7.      Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam suatu konsep biasa sangat mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian integrative dibutuhkan



Blog, Updated at: 18.46

0 komentar:

Posting Komentar

Guna Pengembangan Blog ini admin mohon komentarnya_terimakasih.