PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia anak adalah dunia yang menyenangkan,yang di dalamnya penuh
dengan permainan. Melalui bermain anak akan lebih memaknai dengan apa yang ia
pelajari dan dengan bermain anak akan mulai mengenal dan mampu mengembangkan
pola pikirnya, melatih ketrampilan fisik, sosial dan mendapatkan kepuasan
emosional.
Menurut
Hamalik (dalam Sutrisno, 2006) mengatakan bahwa, para ahli psikologi anak,
menekankan pentingnya bermain bagi anak-anak. Bagi anak-anak bermain merupakan
kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapat kesempatan
untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan.[1]
Di era
globalisasi seperti sekarang ini , sebagai manusia tidak lepas dari mobilitas
kehidupan. Terutama pada perubahan dan perkembangan zaman, yang mana dengan
perubahan tersebut mampu mendorong manusia untuk merubah pola pikir dan tingkah
laku mereka, dan pendidikan sangat
berperan aktif didalamnya, dalam meningkatkan kwalitas sumber daya manusia.
Pendidikan
merupakan usaha manusia secara sadar untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai- nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadiannya tersebut dibutuhkan
proses yang relatif panjang dimanapun dan kapanpun sehingga dapat dikatakan
pendidikan langsung seumur hidup. Pada hakekatnya struktur dan mekanisme
praktek pendidikan tertuju pada metode agar siswa menguasai basic skill.
Selanjutnya konsep pendidikan didasarkan atas Undang – Undang Republik
Indonesia No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (dalam Fanani,2003) yaitu :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Pendidikan
merupakan suatu peristiwa yang komplek, yaitu proses interaksi manusia terhadap
lingkungan sehingga menimbulkan suatu pribadi yang tumbuh sesuai dengan aturan
yang ada melalui bentuk komunikasi antar manusia sehingga terjalin hubungan
belajar dan mengajar.
Sebagai seorang
pendidik, guru mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, ini berarti
bahwa selain mendidik anak untuk belajar, dan peranan guru sebagai orang tua
kedua di sekolah maka perhatian guru pribadi terhadap siswa-siswanya akan lebih
mendorong dan memajukan perkembangan anak.
Dalam proses
mengajar seorang pengajar harus menyadari bahwa kemajuan dunia pendidikan lebih
tergantung kepada dedikasi serta kreatifitas guru. Kreatifitas tersebut terletak
pada strategi belajar yang diterapkan oleh guru khususnya pengajaran
matematika, karena pengajaran matematika membutuhkan strategi pengajaran yang
bervariasi sehingga dalam proses belajar tersebut tercipta suatu hubungan
antara pengajar dengan siswa yang efektif dan seefisien mungkin. Dimana
pengajar mampu membuat lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga
dapat menumbuhkembangkan rasa suka dan dorongan belajar.
Selain itu, seorang
pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan
psikologis peserta didik. Pengetahuan ini untuk mengenal setiap individu
peserta didik dan mempermudah dalam proses belajar mengajar. Para pendidik
hendaknya mengetahui kemampuan dan daya serap peserta didik. Kemampuan ini
bermanfaat untuk menetapkan materi pendidikan
yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Bila pendidik memaksakan materi diluar
kemampuan siswa maka menyebabkan kelesuan mental dan kebencian terhadap ilmu
pengetahuan. [3]
Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan pokok-pokok bahasan matematika
kepada peserta didik. Strategi belajar matematika adalah kegiatan yang dipilih
pengajar dalam proses belajar mengajar matematika yang dapat memberikan
fasilitas belajar sehingga memperlancar tercapainya tujuan belajar matematika.[4]
Metode
Bermain menurut Herman Hudoyo: bahwa ide-ide matematika dipelajari anak,
melalui permainan. Tentu saja permainan atau metode bermain yang disajikan itu
harus sesuai dengan perkembangan intelektual anak. Metode ini dapat
menghadirkan aspek yang benar-benar sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari
dan memungkinkan siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar
sehingga siswa dapat menguasai ide-ide matematika melalui permainan.[5]
Metode
bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak
didik. Sebelum sekolah bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain
mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir.
Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan umur dan kemampuan anak didik yaitu berangsur-angsur dikembangkan
dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil
bermain (unsur belajar lebih banyak).
Memahami
konsep bilangan sebagai suatu urutan dan jumlah. Penjumlahan dan pengurangan
dapat ditumbahkan pada anak dengan menggunakan pengalaman-pengalaman yang
diperolehnya di rumah dan lingkungan bermainnya. Pengalaman-pengalaman tersebut
banyak membantu usaha menanamankan konsep lebih dan kurang. Selain itu mereka
juga akan mengucapkan bilangan dengan benar, menulis dan membaca lambang
bilangan dengan baik dan benar dan dapat menempatkan nilai tempat masing-masing
angka pada suatu bilangan.
Anak
usia kelas 1 merupakan tahap persiapan pengorganosasian yang konkrit sehingga
belajar penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat bantu benda konkrit
(gambar) dimana anak dapat mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan hubungan
benda-benda yang didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya.
Pelajaran
matematika diberikan di semua sekolah mulai dari jenjang pendidikan sekolah
dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Kenyataannya adalah terlihat dari
bagaimana matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dan harus
dikuasai oleh siswa bahkan matematika telah menjadi salah satu mata pelajaran
yang wajib ada di setiap penerapan model ujian akhir sekolah maupun nasional.
Tetapi dalam kenyataan selama ini matematika dianggap sebagai momok yang mesti
ditakuti dan tidak disukai oleh siswa. Padahal ketidaksenangan akan membuat
siswa enggan dan malas belajar.
Pengajaran
matematika di sekolah pada umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus dan
konsep-konsep secara verbal tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman
siswa. Dalam pengenalan rumus dan konsep matematika di kelas sering terjadi
kesalahan dalam pengajaran. Karena guru tidak memahami dengan baik kemampuan
berfikir siswa, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan guru juga lebih
mendominasi kegiatan belajar mengajar sedangkan siswa hanya sebagai pendengar
saja.
Berdasarkan
hasil wawancara dalam studi pendahuluan di SDN Junjung 01 dengan guru mata pelajaran
matematika. Peneliti melihat bahwa dalam pengajaran mencari hasil penjumlahan
dan pengurangan, pada umumnya langsung mengenalkan rumus dan cara
pengerjaannya. Sehingga siswa kurang dilibatkan dalam memanipulasi benda
konkrit. Guru beraggapan bahwa penggunaan benda atau alat peraga itu
merepotkan, karena hasilnya sama saja dengan yang tidak menggunakan alat
peraga.
Untuk mengatasi
kendala seperti ini, maka perlu adanya pembenahan baik dari tenaga pendidik
mupun peserta didik itu sendiri. Sehingga pendidik mampu meningkatkan minat dan
motivasi belajar, dan mampu mencari solusi dari masalah yang ada.
Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti berusaha mencari solusi dalam meningkatkan
pembelajaran matematika melalui metode bermain, dimana dengan metode ini dapat
menumbuhkembangkan rasa suka atau memotivasi belajar siswa. Oleh sebab itu
peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Pada Materi Bilangan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Metode
Bermain Pada Siswa Kelas 1 SDN Junjuna 01 Pada Tahun Ajaran 2009”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakng masalah di atas, secara procedural masalah akan dikaji dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
proses pembelajaran melalui metode bermain pada siswa kelas 1 SDN Junjung 01
Tulungagung tahun ajaran 2009/2010?
2.
Bagaimana
motivasi belajar siswa melalui metode bermain pada bilangan operasi penjumlahan
dan pengurangan pada siswa kelas 1 SDN Junjung 01 Tulungagung tahun ajaran
2009/20010?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN Junjung 01 Tulungagung tahun
ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mendiskripsikan metode bermain pada bilangan operasi penjumlahan dan
pengurangan kelas 1 SDN Junjung 01 Tulungagung tahun ajaran 2009/2010.
2.
Untuk
mengetahui motivasi belajar siswa melalui metode bermain pada bilangan operasi penjumlahan
dan pengurangan siswa kelas 1 SDN Junjung 01 Tulungagung tahun ajaran
2009/2010.
D.
Manfaat Penelitian
1)
Kepentingan
teoritis
Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperkuat dan melengkapi teori-teori
yang diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2)
Secara
Praktis
Secara praktis
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1)
Peneliti
Dapat
memberikan informasi tentang pemahaman obyek yang diteliti guna menyempurnakan
dan meningkatkan penguasaan matematika.
2)
Guru
Dapat
bermanfaat sebagai masukan dalam meningkatkan penguasaan dan perluasan
pengajaran yang diarahkan sebagai peningkatan mutu pendidikan.
3)
Siswa
Dapat membantu siswa
untuk menumbuhkan motivasi belajar dan mampu memecahkan masalah.
4)
Bagi
Sekolah
Sebagai masukan
untuk menentukan arah kebijakan dalam membantu meningkatkan konsep bilangan.
E.
Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi
kesalahan penafsiran tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka
perlu diberikan pembatasan istilah sebagai berikut:
1. Penegasan konseptual
a. Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar (untuk
mencapai suatu maksud, memecahkan personal, mencari jalan keluar, dan
sebagainya).[6]
b. Motivasi belajar adalah perubahan energi dalam
diri manusia yang ditandai munculnya “felling” dan dilalui dengan adanya
tanggapan terhdap tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya melalui kegiatan belajar.[7]
c. Metode bermain adalah suatu metode mengajar dengan
cara mengarahkan peserta didik ke arah tujuan pembelajaran dengan cara bermain.
Hal ini akan lebih efektif kerana dengan cara bermain peserta didik akan
termotifasi untuk belajar.[8]
d. Operasi adalah pelaksanaan atau rencana yang
telah dikembangkan.
2.
Penegasan
secara operasional
Meningkatkan motivasi belajar dengan metode
bermain adalah motivasi belajar yang diperoleh oleh siswa dalam kegiatan
belajar mengajar bilangan operasi penjumlahan
dan pengurangan pada siswa kelas 1 SD semester II tahun
ajaran 2008/2009 yang meliputi hasil atau presentasi post testnya yang akan
diukur melalui test untuk memperoleh skor tugas post test dengan kriteria
semakin tinggi skor/nilai yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula prestasi
bilangan operasi pengurangan dengan metode bermain. Dengan metode tersebut
diharapkan siswa dapat motivasi belajar yang lebih baik dari pada pembelajaran
yang hanya terpaku pada buku dan penjelasan guru, yang dapat ditunjukkan dari
perbaikan nilai. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SDN JUNJUNG 01 Tulungagung
tahun pelajaran 2008/2009 pada materi bilangan operasi penjumlahan dan pengurangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Konseptual Pembelajaran Matematika
1.
Hakekat
Matamatika
Matematika
sering diartikan sebagai ilmu berhitung, atau ilmu yang berkaitan dengan
bulangan dan angka-angka atau bahkan simbol-simbol. Secara istilah dalam
menguraikan tentang hakekat matematika banyak dikemukakan beberapa pendapat
tokoh dari sudut pandang masing-masing. Herman Hudoyo mengatakan bahwa hakekat
matematika adalah “berkenaan dengan ide-ide, struktur, dan hubungannya, yang
diatur menurut urutan yang logis.[9]
2.
Proses
Belajar Mengajar Matematika
Belajar
matematika perlu strategi dalam menyampaiakan materi
a.
Belajar
Matematika
Menurut
Herman Hudoyo mengatakan bahwa belajar merupekan perubahan tingkah laku yang
berlaku dalam waktu relative lama dan itu disertai usaha orang tersebut.[10]
b.
Mengajar
Matematika
Mengajar
pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar. Dr. Moh. Uzer
Usman berpendapat bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasi lingkungan
dalam hubungannyadengan anak didik dan bahan pengajarannya yang menimbulkan
proses belajar.[11]
c.
Proses
Belajar Mengajar Matamatika
Keterpaduan
antara konsep belajar dan mengajar melahirakan konsep baru yakni proses belajar
mengajar atau dikenal dengan istilah proses pembelajaran. Proses belajar
mengajar adalah serangkaian kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam edukatif dan
mencapai pengajaran.
3.
Motivasi
Belajar Matematika
Merupakan
kodrat manusia bahwa ia mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu karena alas an tertentu. Kekuatan pendorong
yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan, disebut motif. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan timbulnya dan berlangsungnyamotif itu disebut motivasi.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar
B.
Motivasi Belajr Matematika
C.
Materi Tentang Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
D.
Studi Pendahuluan dan Asumsi Penelitian
E.
Kerangka Berfikir (paradigma) dan Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan
ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.[12]
Dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan
percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu.[13]
Semua kegiata itu dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip
baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menigkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Metodologi penelitian adalah umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang dihadapi.[14] Dengan
demikian metode penelitian dapat diartikan bahwa sebagai suatu bahasan yang
membahas secara teknik metode-metode yang digunakan dalam sebuah penelitian.
A.
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang datanya digunakan
dalam keadaan sewajarnya atau apa adanya (naturalistic, natural seting), tidak
diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan dengan maksud untuk menemukan
kebenaran dibalik data yang obyektif dan cukup.[15] Dalam
penelitian ini peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari
awal sampai akhir penelitian yang melibatkan guru sebagai praktis dan teman
sejawat (guru senioryang lain) sebagai pengamat, sehingga penelitian ini
disebut dengan Penelitian Tindakan Partisipan.[16]
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri refleksi diri melalui
dengan tujuan untuk memperbaiki kerjanya sehingga hasil belajar siswa
meninggkat.[17]
Menurut T.Raka Joni (1998), PTK adalah suatu kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari
tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki
kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan.[18]
Adapun karakteristik PTK menurut Carr dan Kemmis adalah: 1). An inquiry of
practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya),
2). Self-reflectif inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak
longgar, kaidah-kaidah penelitian). 3). Fokus Penelitian berupa kegiatan
pembelajaran. 4). Tujuannya memperbaiki pembelajaran.[19]
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dan penelitian
sebagai perancang tindakan, pengamat, pewawancara dan pengumpul data dari
fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, sehingga dengan
adanya tindakan seperti ini proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam materi Bilangan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan.
B.
Lokasi Penelitian
Lokasi
yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah SDN Junjung 01 di desa
Junjung, kecamatan Boyolangu pada kelas 1. Lokasi penelitian ini ditetapkan
sebagai tempat penelitian atas pertimbangan sebagai berikut:
1.
Di
SDN Junjung 01 ini belum pernah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas khususnya
melalui metode bermain.
2.
Rendahnya
motivasi belajar Matematika disebabkan adanya kesan negative bahwa pelajaran Matematika membosankan dan
sangat sukar, karena hanya mempelajari hal yang abstrak tanpa dikaitkan dengan
dunia nyata siswa.
3.
Pihak
sekolah , utamanya dari pihak guru sangat mendukung untuk dilaksanakannya
sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.
C.
Kehadiran Peneliti
Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas,
maka kehadiran peneliti mutlak dan sangat diperlukan karena peneliti sebagai
Instrumen Utama. Peneliti sebagai Instrumen Pertama yang dimaksudkan adalah
peneliti bertindak sebagai pengamat, pewawancara, pemberi tindakan dan
mengumpulkan data sekaligus pembuat laporan hasil penelitian.
Peneliti sebagai instrumen kunci artinya: 1). Peneliti sebagai
pengamat yang mengamati aktivitas –aktivitas yang terjadi selama pembelajaran.
2). Peneliti sebagai pewawancara yang mewawancarai subyek penelitian berdasarkan
jawaban pada setiap tugas yang diberikan. 3). Sedangkan peneliti sebagai
pemberi tindakan artinya peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat
rancangan pembelajaran dan sekaligus menyampaikan bahan ajar selama
berlangsungnya penelitian. 4). Selain itu, peneliti juga sebagai pengumpul dan
penganalisis data, serta sebagai pelapor hasil penelitian.
Kehadiran peneliti sebelum melakukan tindakan adalah melakukan
diskusi atau wawancara dengan Guru kelas 1 SDN Junjung 01 mengenai pengalaman
mengajar matematika khususnya konsep operasi penjumlahan dan pengurangan.
Diskusi berlangsung sampai tertulisnya persiapan mengajar, penyampaian media
atau alat peraga dan cara pelaksanaan pembelajaran.
D.
Sumber Data
1.
Data
Data
adalah bahan nyata yang dapat dijadikan dasar penelitian. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Hasil
tes siswa, hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal. Hasil ini digunakan
untuk melihat pemahaman siswa tentang materi.
b.
Hasil
wawancara, wawanncara peneliti dengan siswa yang dijadikan subyek penelitian.
Hasil ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai penguasaan siswa
terhadap konsep bilangan operasi penjumlahan dan pengurangan.
c.
Hasil
observasi yang telah dianalisis berdasarkan skala penilaian yang diperoleh dari
pengamatan teman sejawat dan satu guru di sekolah tersebut terhadap
aktivitas praktisi dan siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disediakan peneliti.
d.
Catatan
Lapangan yang berisikan pelaksanaan
kegiatan siswa dalam pembelajaran selama enelitian berlangsung. Catatan
lapangan digunakan untuk melengkapi data-data observasi.
2.
Sumber
Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan ini adalah suswa kelas 1 SDN
Junjung 01, sedangkan subyek penelitian tindakan terdiri dari 8 siswa yang
terdiri dari 2 siswa berkemampuan tinggi, 3 siswa berkemampuan sedang dan 3
siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa 8 anak
ini sudah mewakili dari kelas yang diteliti. Pemilihan subyek penelitian
dikakukan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam menyerap materi yang
disampaikan oleh guru sebagai peneliti sekaligus sebagai pengamat.
E.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang diperoleh melalui tes,
angket, wawancara, obsarvasi, dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Pemberian
Tes
Tes merupakan metode pengumpulan data yang sifatnya mengevaluasi
hasil proses (pre-test dan post test).[20]
Test awal dilakukan sebelum tindakan diberikan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa mengenai bilangan operasi penjumlahan dan pengurangan. Tujuan
dilaksanakan test pada awal penelitian adalah untuk menentukan subyek
penelitian. Test akhir dilakukan setelah pemberian tindakan untuk melihat
kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta untuk melihat tingkat
pemahaman siswa terhadap materi bilangan opersi penjumlahan dan pengurangan.
2.
Wawancara
Wawncara dilakukan untuk memperoleh gambaran secara mendalamtentang
perkembamgan pemahaman ataupun segala kesulitan yang dialami siswa mengenai
hasil pekerjaan siswa pada setiap test atupun tugas yang diberikan. Adapun
pedoman wawancara adalah: 1). Batasi pertanyaan sehingga tidak terlalu banyak.
2). Lihat kembali riset untuk memastikan bahwa semua pertanyaan telah
disampaikan. 3). Usahakan semua pertanyaan mengandung unsur faktual .4).
Pastiakn data wawancara tersebut akan direkam. 5).Usahakan jelas dan praktikan
dengan teman terlebih dahulu.[21]
3.
Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis data mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan mengamati individu
secara langsung.[22]
Oservasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan
pembelajaran. Kegiatan mencakup kegiatan penelitian sebagai pengajar serta
partisipasi siswa khususnya subyek penelitian yang berkaitan dengan aktivitas
guru dan seorang teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Hasil
Catatan di Lapangan
Hasil catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasiakan secara
tertulis, dilakukan pencatatan lapangan pada buku penelitian dan pengamat yaitu
segala peristiwa selama pembelajaran berlangsung yang memuat deskripsi tentang
aktivitas-aktivitas peneliti dan siswa.
F.
Teknik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam suatu proses yang
berarti bahwa pelaksanaan sudah dilakukan sejak pengumpulan data. Analisis data
dalam penelitian menggunakan kualitatif yaitu analisis data yang diperoleh
berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa dan guru. Model
analisis yang digunakan oleh (Milles dan Huberman) yaitu model mengalir Flow
model.[23]
Yaitu a). Reduksi Data, b). Penyajian Data, c). Penarikan Kesimpulan.
a.
Reduksi
Data
adalah
proses pemilihan dan pemusatan perhatian penelitian melalui seleksi yang ketat
terhadap focus yang akan dikaji lebih lanjut, penajaman focus, pembuatan
ringkasan hasil pengumpulan data, pengorganisasian data, sehingga siap untuk
dianalisis lebih lanjut begitu selesai melakukan pengumpulan data secara
keseluruhan. [24] Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat
membuat kesimpulan yang dapatdipertanggungjawabkan. Data yang mereduksi adalah
test awal yang berkaitan dengan bilangan operasi penjumlahan dan pengurangan,
wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa, observasi dengan metode
bermain, teman sejawat dan guru matematika tentang hal yang mendukung
penelitian.
b.
Menyajikan
Data
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi secara sistematik
dalam rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan penelitian.[25]
Penyajian data dilakukan dalam rangka menyajikan hasil reduksi data secara
naratif sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan keputusan pengambilan
tindakan.
c.
Penarikan
Kesimpulan
Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah
memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini
mencakup pencarian makna data serta member penjelasan. Selanjutnya bila
penarikan kesimpulan dirasakan tidak kuat maka perlu adanya verivikasinadalah
peneliti kembali mengumpulkan data di lapangan dan menguji kebenaran, kecocokan
makna yang muncul dari data yang ditemukan dalam penelitian.
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tindakan setelah siklus dilakukan dengan
memberikan evaluasi berupa soal test tertulis.
a)
Untuk
menilai test formatif digunakan rumus:
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah
semua nilai
ΣN = Jumlah siswa
b)
Untuk
Ketuntasan Belajar
Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar KTSP, seorang siswa telah lulus atau
tuntas belajar bila indikator hasil belajar siswa dari penelitian ini adalah
85% dari siswa telah mencapai nilai minimal 65. Pengambilan nilai minimal 65
ini merupakan hasil diskusi antara guru dengan teman sejawat berdasarkan
tingkat kecerdasan siswa dan batas nilai minimal yang digunakan di sekolah
tersebut. Untuk melindungi prosentasi ketuntasan belajar digunakan rumus:
Data
kuantitatif yang masih berupa angka dianalisis secara deskriptif, misalnya
mencari dan mendeskripsikan nilai rata-rata atau prosrntasi keberhasilan
belajar dan lain-lain.[26]
Rumus di atas untuk menentukan prosentase keberhasilan tindakan didasarkan pada
skor yang diperolehdari data hasil observasi.
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari segi nilai, didasarkan pada kriteria
penilaian menurut Oemar Hamalik sebagai berikut[27]
Table
Kriteria Penilaian
Huruf
|
Angka
0-4
|
Angka
0-100
|
Angka
0-10
|
Predikat
|
A
B
C
D
E
|
4
3
2
1
0
|
85-100
70-84
55-69
40-54
0-39
|
8,5-10
7,0-8,4
5,5-6,9
4,0-5,4
0-3,9
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
|
G.
Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini
difokuskan pada “Pengusaan Siswa terhadap Bilangan Operasi Penjumlahan dan
Pengurangan”. Untuk menjamin keabsahan data yang digunakan teknik kriteria
derajat kepercayaan. Derajat kepercayaan yang direncanakan untuk digunakan
dalam penelitian ini adalah 3 cara dari 10 cara yang dikembangkan oleh Moleong[28] yaitu I). Ketekunan Pengamatan, II).
Triangulasi dan III). Pemeriksaan Sejawat.
I.
Ketekunan
Pengamatan
Ketekunan
Pengamatan dilakukan dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara teliti,
rinci dan terus menerus selama proses penelitian. Kegiatan ini dapat diikuti
dengan pelaksanaan wawancara secara intensif, aktif dalam kegiatan belajar
sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya subyek
berdusta, menipu atau berpura-pura.
II.
Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keadsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembandingterhadap dat tersebut. Triangulasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah: 1). Membandingakan data yang diperoleh peneliti dengan
cara konfirmasi kepada guru sebagai sumber lain tentang kemampuan akademik yang
dimiliki oleh subyek peneliti pada pokok bahasan lain, 2). Membandingkan test
dengan hasil observasi, 3). Membandingkan hasil test dengan hasil wawancara.
III.
Pengecekan
Sejawat
Pengecekan adalah mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan
rekan-rekan sejawat.[29]Diskusi
ini dilakukan dengan dosen pembimbing dan teman sejawat peneliti yaitu teman
mahasiswa yang sedang mengadakan penelitian kualitatif atau pula orang yang
berpengalaman mengadakan penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan
harapan peneliti mendapatkan masukan-masukan baik dari segi metodologi maupun
konteks penelitian sebagai data yang diharapkan dalam penelitian tidak
menyompang dan valid.
H.
Tahap-Tahap Penelitian
Prosedur
penelitian yang digunakan penelitian ini meliputi dua tahap yaitu tahap
perencanaan dan melakukan tindakan. Adapun rincian dari tahapan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Tahap
Perencanaan atau Pendahuluan
a.
Refleksi
Pada
tahap ini dilakukan kegiatan 1). Observasi awal ke sekolah 2). Wawancaradengan
guru tentang permasalahanyang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal 3).
Membuat test awal 4). Memilih obyek penelitian.
b.
Menetapkan
dan merumuskan rancangan Tindakan
Pada
tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah 1). Menentukan tujuan Pembelajaran
2). Menyusun skenario pembelajaran bilangan operasi penjumlahan dan
pengurangan.
2.
Tahap
Pelaksanaan Tindakan
a.
Tahap
Perencanaan (Plan).
Pada
tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah: 1). Menyusun
renana pembelajaran 2). Menyiapkan materi pembelajaran yang akan disajikan 3).
Menyiaokan format observasi 4). Menyiapkan perangkat test akhir terhadap
motivasi belajar.
b.
Pelaksanaan
Tindakan (ACT)
Pada
tahap pelaksanaan tindakan (act), peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana yang telah disusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Legiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengajaran pembelajaran
berbasis masalah pada subyek penelitian yaitu siswa kelas1 SDN Junjung 01
Tulungagung.
c.
Observasi
(observe)
Tahap
ini teman sejawat dan guru melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
peneliti selama pembelajaran berlangsung denagan menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan peneliti. Observasi ini dilakukan olehguru kelas 1 SDN
Junjung 01 dan satu orang mahasiswa STAIN Tulungagung.
d.
Tahap
Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan melalui analisis, sintesis dan
penelitian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Analisis
dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif peristiwa yang menyebabkan
munculnya suatu diharapkan atau tidak diharapkan.
Dari tahap refleksi ini peneliti dan pengamat mengambil tindakan
yang dirumuskan dan direncanakan yang lebih efektif pada siklus berikutnya.
Siklus dihentikan bila siswa mencapai pemahaman sesuai indicator yang ditentukan
peneliti. Tetapi jika belum berhasil maka siklus tindakan tersebut, maka
peneliti mengulang siklus itu dengan memperbaiki kinerja pembelajaran pada
tindakan berikutnya sampai berhasil sesuai dengan criteria yang diharapkan.
[1] Ihsani Wulandari Sutrisno, Perbedaan
Prestasi Belajar Bilangan Operasai Penjumlahan dan Pengurangan Melalui Metode
Bermain dan Konvensional, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2006), hal.1
[2] .
Ahmad Khoirudin Fanani, Perbedaan Teknik Kerja Kelompok dan Teknik
Pengajaran Individu pada Prestasi Belajar Matematika, (Tulungagung: STAIN
Tulungagung, 2004), hal.1
[3]
.Samsu Nizar, Filsafat pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis,
(Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ), hal.94-95
[4]
Herman Hudoyo, Strategi Belajar
Mengajar Matematika, (Malang : IKIP Malang, 1990 ), hal. 11
[5]
Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan
Kelas, (Surabaya: Usaha Nasional, 1990), hal.134.
[6] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), hal. 995
[7] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 74
[8] Muhiddin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal.
208
[11] Moh.
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2004), hal.6.
[12]
Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2004), hal.1.
[13]
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004),
hal.1.
[14]
Noeng Muhajir, Mrtodoogi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Rika
Serasin, 1998). Hal.6
[15]
Sukidin, Mundir, Metodologi Penelitian Membimbing dan Mengajar Kesuksesan
Anda Dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia,2005), hal.23.
[16]
Kuruswoyo Wihardit, I GAK Wardani, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas terbuka,2000), hal.4
[17] I
GAK Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas
terbuka,2000), hal.4
[18]
Soedarsono, FX, Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas, Pusat Antar Universitas
Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Universitas
Terbuka), hal.2
[19]
Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), hal. 110.
[20]
Hariwijaya, teknik Menulis Skripsi dan Thesis Landasan Teori Hipitesis Analisa Data Kesimpulan, (Yogyakarta:
Hangar Kreator,2004), hal.44.
[21]
Sukidin, Basrowi, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Insan
Cendekia,2002), hal.116
[22]
Ngalim Purwanto, prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2002), hal.149.
[23]
Mattew B. Milles, A.Michle Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:UI
Press,1992), hal.16-19.
[24]
Tholchah Hasan,Metodologi Penelitian, hal.165
[25]
Ibid, hal. 170.
[26]
Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran dan Evaluasi, (Bandung: Mandar
Maju,2001),hal.122.
[27]
Ibid,.
[28]
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002), hal. 178.
[29]
Ibid,.
0 komentar:
Posting Komentar
Guna Pengembangan Blog ini admin mohon komentarnya_terimakasih.