MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya adalah
pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
dan mengaktifkan potensi orang lain, agar yang bersangkutan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Musaheri, 2005:20).
Menurut La sula (2000:34)
“pendidikan adalah suatu kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada
terbentuknya kepribadian peserta didik yang berlangsung di semua lingkungan
yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat)”.
Proses penyelenggaraan pendidikan
pada institusi pendidikan di negara kita berupaya untuk mewujudkan manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Adanya upaya mewujudkan manusia
sebagaimana tersebut di atas sebenarnya telah tertuang dalam UUD No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal III yang berbunyi :
Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demakratis serta bertanggung
jawab (Depdiknas, 2005:7).
Semakin maju tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan
(IPTEK) di masa depan yang penuh ketidakpastian. Perkembangan IPTEK tidak pasti
itulah menuntut tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran di bidang
pedidikan.
Masalah interaksi di kelas, yaitu
komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar di kelas
merupakan masalah pendidikan yang sangat menarik untuk dibicarakan yang sampai
kini tidak pernah ada habisnya. Oleh karena itu bagi para pendidik serta
pengelola pendidikan senantiasa diharapkan pemecahannya guna menuju proses
belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Shachelford dan Fenak
(dalam Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini dalam proses belajar mengajar
yaitu bahwa mengajar harus menguasai :
a. Apa yang diajarkan;
b. Teori pengajaran yang relevan;
c. Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi
bahan ajar yang diajarkan);
d. Karakteristik siswa.
Setiap guru harus memiliki
keahlian di dalam memilih model pengajaran yang dipakai sehari-hari dikelas.
Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan
pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari
beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi
yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung (Direct instruction). Istilah lain yang
sering di pergunakan ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit
Instruction (Nur, 2000:3).
Model pengajaran langsung
dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang
sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari
selangkah demi selangkah (Nur, 2000:4-5).
Pengajaran langsung adalah model
pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam
pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi,
pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur,
2000:7).
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang
teoritik dan empirik tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang sistem
analisis, teori pemodelan sosial dan prilaku, serta hasil penelitian tentang
keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya. Secara historis, beberapa aspek
dari model pengajaran langsung berasal dari prosedur pelatihan dalam industri
(Nur, 2000:9)
Selanjutnya Nur (2000:18) juga mengatakan bahwa : Pengajaran langsung
paling cocok diterapkan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada
keterampilan seperti matematika dan membaca dimana mata pelajaran itu dapat di
ajarkan selangkah demi selangkah.
B A B II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung adalah model
pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam
pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi,
pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur,
2000:7).
Model Pembelajaran berasal dari
kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur,
1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa
untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana
untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil
dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas
proses belajar mengajar.
B.
Ciri-Ciri Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada
siswa termasuk prosedur hasil belajar;
2.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran ;
3.
Sistem pengolahan dan lingkungan belajar model
yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan
berhasil (Nur, 2000 : 3).
Menurut Gagne (dalam Nur 2000 : 4 - 5) bahwa dalam Model Direct
Instruction terdapat dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Namun, kedua pengetahuan tersebut tidak terlepas antara satu sama lain, sering
kali penggunaan prosedural memerlukan pengetahuan deklaratif yang merupakan
pengetahuan prasyarat. Model Direct Instruction dirancang untuk mengembangkan cara belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Menurut Nur (2000 : 57 - 59)
tentang Model Direct Instruction
dapat dirangkum sebagai berikut :
1.
Salah satu tujuan pembelajaran yang
penting dari setiap mata pelajaran di sekolah ialah memperoleh informasi dan
keterampilan-keterampilan dasar. Sebelum siswa mempelajari informasi dan
keterampilan lanjut, mereka harus terlebih dahulu menguasai informasi dan
keterampilan dasar.
2.
Untuk tercapainya tujuan seperti
yang tertulis pada butir (1), guru menggunakan Model Direct Instruction.
Model pengajaran ini mempunyai landasan empirik dan teoritik dari anallisis
system, teori pemodalan tingkah laku, dan penelitian tentang keberhasilan guru
dalam mengajar.
3.
Dampak instruksional dari model
pengajaran langsung ialah mengembangkan
penguasaan keterampilan sederhana dan komplek serta pengetahuan
deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan tahap demi tahap.
4.
Direct Instruction pada umumnya
mempunyai Lima fase, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa;
mendemonstrasikan atau menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa;
memberikan bimbingan praktek; mengecek pemahaman siswa dan memberikan balikan;
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih sendiri dan menerapkan
hasil belajar.
5. Model Direct
Instruction memerlukan lingkungan
pembelajaran terstruktur dengan baik dan uraian guru yang jelas.
6. Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas,
perlu mendapat perhatian yang seksama.
7. Dalam melaksanakan Direct
Instruction, guru perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan
memperagakan tingkah laku dengan benar, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berlatih.
8. Pelatihan perlu
dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut : Berikan pelatihan singkat dan
frekwensi yang tidak berlebihan; Siswa benar-benar menguasai keterampilan yang
dilatihkan; Menggunakan pelatihan berkelanjutan atau pelatihan berselang.
9. Direct Instruction menuntut pengolaan kelas yang unik,
menarik dan mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses
pembelajaran.
10. Pengolaan kelas yang
juga perlu memperoleh perhatian ialah mengatur tempo pembelajaran, kelancaran
alur pembelajaran, mempertahankan ketertiban dan peserta siswa, dan menangani
dengan cepat penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa.
11. Penilaian hasil
belajar siswa ditekankan pada praktek pengembangan dan penerapan pengetahuan
dasar yang sesuai, mengukur dengan teliti keterampilan sederhana dan yang
kompleks, serta memberikan umpan balik kepada siswa.
Dari uraian diatas, keterampilan atau kecakapan siswa, baik kognitif mapun fisik
harus dijadikan landasan oleh guru ataupun siswa untuk membangun hasil belajar
yang maksimal. Karena bagaimanapun sebelum siswa memperoleh dan memproses
sejumlah informasi atau suatu pengetahuan, mereka harus menguasai strategi
belajar dahulu, seperti membuat catatan dan merangkum isi bacaan. Begitu juga
sebelum siswa mampu berpikir secara kritis, mereka harus mampu terlebih dahulu
menguasai dasar-dasar ilmu logika dan begitu juga dengan hal-hal yang lain.
Maka disinilah seorang guru dituntut mampu mengausai metode pengajaran langsung
(Direct Instruction) untuk membantu siswa mencapainya dengan maksimal.
C.
Keunggulan Pembelajaran Langsung
Dari semua uraian dan rangkuman di atas, maka
penelitian mengambil kesimpulan bahwa Model Direct Instruction dalam pengajaran mempunyai beberapa
keuntungan. Keuntungan tersebut adalah:
1.
Siswa akan lebih aktif, bersemangat, bermutu
(berkualitas) dan berdayaguna. Hal ini akan terjadi, karena pengajaran langsung
menggunakan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari guru.
Pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefinisikan
secara seksama. Demontrasi dan jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan
secara seksama pula. Tujuan pembelajaran direncanakan oleh guru dan siswa,
begitu juga sistem pengelolaan pembelajaran dilakukan oleh guru harus menjamin
keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi
(tanya jawab) yang terencana pula. Lingkungan pembelajaran langsung juga harus
berorentasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil
belajar dengan baik.
2.
Penguasaan terhadap materi lebih mendalam karena
mendapat bimbingan praktek, mengecek pembahasan siswa dan memberikan umpan
balik, serta siswa dapat berlatih sendiri dalam menerapkan hasil belajar. Ini
semua sesuai dengan pendapat Briggs dalam Kardi (2001:10) yang menemukakan
bahwa pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar
terhadap perkembangan individu. Pengajaran akan menjadi lebih baik jika
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan
belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktivitasnya
sendiri, tanpa adanya paksaan apapun. Begitu juga sebaliknya jika pembelajaran
tidak diarahkan, mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu siswa
menajdi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan sekarang
atau yang akan datang.
3.
Pengajaran dilakukan selangkah demi selangkah
untuk menumbuhkan sikap percaya diri, berani, kesungguhan, keberanian serta
tanggung jawab terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Kardi
(2001:2) Salah satu yang mencolok antara orang yang baru mempelajari sesuatu
atau pemula dengan pakar adalah bahwa para pakar telah benar-benar menguasai
keterampilan-keterampilan dasar, sehingga mereka dapat menerapkannya dengan
presisi dan tanpa dipikirkan lagi. Sedangkan para pemula harus menguasasi
dasar-dasar hal tersebu terlebih dahulu. Dan untuk pemahaman tersebut
dibutuhkan langkah-langkah yang benar dan terencana. Salah satu kelebihan dari
metode pembelajaran langsung ini adalah menanamkan cara atau metode informasi
atau suatu pengetahuan dengan selangkah demi selangkah, yang hiharapkan tertata
rapi pada diri diri siswa.
4.
Membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan khususnya dunia kerja. Di
dalam pembelajaran langsung menurut Kardi (2001:35) guru harus memberikan
pelatihan sampai siswa benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang
dipelajari. Karena keterampilan dan konsep yang dipelajari hari itu adalah
merupakan persayaratan penting untuk keterampilan dan praktek berikutnya.
Disinilah kenapa metode pembelajaran langsung akan mampu menyaipakn siswa ke
dunia kerja nyata.
5.
Membiasakan siswa untuk tidak sekedar menghafal
materi pelajaran tetapi juga harus mampu menerapkan apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Di dalam pembelajaran langsung siswa dilatih untuk mandiri, tidak
hanya menghafal materi pelajaran saja. Kebanyakan letihan mandiri yang
diberikan kepada siswa adalah pada fase akhir pertemuan dalam kelas, yang
berupa pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah disini dimaksudkan berlatih secara
mandiri, hal ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan
baru yang diperolehnya secara mandiri, dan memperpanjang waktu belajar belajar
bagi siswa.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembelejaran langsung ini menjadikan siswa lebih aktif, bersemangat, bermutu (berkualitas)
dan berdayaguna. Hal ini akan terjadi, karena pengajaran langsung menggunakan
perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari guru.
Model pembelajaran ini
mengajarkan siswa bukan hanya mampu menghafal , akan tetapi juga diharapkan
mampu dan dapat mengimplementasikan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depag. 1992. Al-qur’an
dan Terjemahnya, Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah,
Bahri, Syaiful. 1981. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
La Sula, dkk. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Renika Cipta.
Mulyasa, E.
2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musaheri. 2005.
Pengantar Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nur, M dan
Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika
Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA.
----------.
2001. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah
Program Pasca Sarjana. UNESA.
Samana. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta
: Kanisius.
Syah, Muhibbin.
2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
UUD 1945. 2002.
Dengan Penjelasannya. Surabaya: PN. Apollo.
0 komentar:
Posting Komentar
Guna Pengembangan Blog ini admin mohon komentarnya_terimakasih.